meng-angan-kan SMA Smipa

‘It Takes a Village to Raise A Child’

Hampir semua dari kita tentunya pernah mendengar kutipan tersebut. Rekan-rekan yang memilih wadah pendidikan di Semi Palar tentunya sedikit demi sedikit merasakan bagaimana kata-kata tersebut benar adanya. Di Semi Palar hari ini, ada 160 orang murid, dan tim Semi Palar secara keseluruhan berjumlah lebih dari 40 orang. Satu orang untuk empat orang murid. Belum ditambah orangtua di rumah dan keluarga besar yang pasti juga menjalankan peran pendidikan bagi anak-anak kita. Betul-betul bagaikan perlu satu kampung untuk membesarkan seorang anak.

Tapi memang hal ini berlaku kalau kita bicara pendidikan – dalam hal ini pendidikan holistik. Kalau kita hanya bicara pengajaran – mengajari anak sesuatu / sekadar menyampaikan pengetahuan, tentunya satu orang guru bisa melakukannya di dalam kelas yang isinya 40-50 anak. Sebaliknya pendidikan holistik adalah sesuatu yang sangat rumit, karena sifatnya yang multi-dimensi dan berlapis (multi-layered) seperti tergambar pada diagram di bawah ini. Ada beberapa tokoh yang namanya mungkin kita kenal seperti Dalai Lama, David Bohm, Daniel Goleman, Paulo Freire, Rudolf Steiner dan Howard Gardner. Masing-masing tokoh ini sepertinya mendalami satu segmen dari peta pendidikan holistik secara keseluruhan.

holistic map

peta dimensi dan lapisan pendidikan holistik

Kalau dilihat sepintas memang agak ‘mengerikan’ – sebuah wilayah olahan yang sangat-sangat luas dan tentunya kompleks, melihat begitu banyak tokoh2 besar yang mengolah segmen-segmen kecilnya. Tapi inilah yang selama ini kita (guru dan orangtua) coba terapkan bersama melalui pembelajaran holistik di Semi Palar. Tanpa terpaku pada begitu banyaknya teori-teori yang ada, kita mencoba memandangnya secara sederhana melalui konsep pembelajaran holistik Semi Palar yang selama ini kita kenal. Para guru berusaha menyentuh aspek-aspek yang ada dalam diri setiap orang anak secara utuh dan seimbang dan menstimulasi perkembangannya dengan cara merancang kegiatan pembelajaran yang menjadi refleksi / simulasi kehidupan anak melalui tema-tema pembelajaran yang dirancang.

Pertanyaan besar hari ini bagi kita adalah bagaimana dengan proses pendidikan holistik ini selepas anak-anak di Smipa menuntaskan prosesnya di kelas 9 (kelas 3 SMP). Bagaimana kelanjutan proses belajar mereka, mengingat orientasi pendidikan holistik yang secara mendasar berbeda dengan sistem persekolahan yang lain?

Hari ini, setelah selesai dengan pertemuan menggulirkan Klab Smipa, beberapa teman melanjutkan pertemuan untuk membincangkan kemungkinan realisasi SMA Smipa. Sejalan dengan bergeraknya klab-klab di Smipa, ‘agak bergurau’ kami menamakan diri Klab Ortu Galau. Sekilas TK dan SD Semi Palar juga berawal dari kegalauan beberapa orang. Proses berjalan dan hari ini kita mengalami kehadiran sekolah ini yang berawal dari kegalauan yang dulu ada. Menjadi catatan penting adalah bahwa kegalauan yang dulu dialami mendorong beberapa dari kita untuk mengambil sikap, keputusan dan tindakan yang berbuah kehadiran Rumah Belajar Semi Palar hari ini.

C360_2013-11-02-11-12-43-864 C360_2013-11-02-11-12-32-563


Berikut poin-poin obrolan yang sempat terpetakan (dapat dilihat di dalam mindmap di bawah ini). Secara umum, kita membahas tentang pilihan2 yang ada untuk proses pendidikan anak-anak kita selepas jenjang SMP. Mengapa keinginan dan harapan tentang SMA Smipa ini ada. Apa saja sisi positif negatifnya, dan lebih jauh apabila jenjang SMA ini ingin diwujudkan, lalu apa saja tantangan yang akan dihadapi.

Dalam kesempatan ini, saya berbagi tentang proses Rumah Belajar Semi Palar dari sebelum gagasan ini muncul – hingga berbagai situasi dan tantangan yang dihadapi hari ini. Kembali ke ulasan di bagian awal catatan ini, mengolah pembelajaran holistik, yang jauh dari perkara mudah karena di jenjang SMA kita (terutama) akan berhadapan dengan tantangan memfasilitasi anak-anak yang sudah mengalami pembelajaran holistik dalam rentang waktu yang panjang – sejak dari SD hingga SMP. Dari pengalaman sehari-hari sampai hari inipun, ini adalah tantangan yang luar biasa besar – dan akan semakin meningkat seiring proses anak-anak kita menjadi dewasa di jenjang SMA. Walaupun kalau kita menyatakan sanggup dan berkomitmen menjawab tantangan ini tentu prosesnya akan menjadi sesuatu yang sangat berharga seperti segala sesuatu yang kita sudah alami sampai hari ini.


Create your own mind maps at MindMeister

Menutup catatan ini, terima kasih atas bincang2 pagi – siang ini. Sangat menginspirasi, karena kita berhasil melangkah maju ke tingkat kegalauan yang berbeda bersama rekan-rekan yang juga berbeda. Saya merasakan ada sebuah semangat dan harapan yang besar. Yang kita ingin ketahui lebih jauh, adakah hal yang sama dirasakan oleh rekan-rekan lain yang kebetulan belum hadir / terlibat dalam obrolan hari ini. Karena forum yang ada hari ini sepertinya terlalu kecil untuk cita-cita dan langkah besar yang ingin diwujudkan. Apakah rekan-rekan lain merasa waktunya masih agak jauh, kita tidak tahu, tapi waktu terus berjalan.

Di bawah ini saya titipkan sebuah video pendek yang baru saja minggu lalu saya jumpai. Saya kira ini sangat berhubungan dengan bincang-bincang kita hari Sabtu kemarin. Semoga ikut menginspirasi. Salam Smipa!


Tagged , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to meng-angan-kan SMA Smipa

  1. Reza says:

    Catatan tentang kelas Naga Laut kok belum pernah dimuat ya ?

  2. admin says:

    Halo @Reza, sudah lama ada di draft, 🙂
    Memang sempat menunggu kelengkapan foto yang dan narasi, data sekarang sudah lengkap dari kakak dan sebentar akan diolah lanjut untuk jadi blogpost. Terima kasih pengingatnya!

Leave a Reply to Reza Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.