[bewara] persiapan Kumpul Keluarga Smipa TP14

  Rekan-rekan orangtua yth, keluarga besar Semi Palar. Sebagai rangkaian kegiatan di TP14 ini, mulai dari Taki-taki, Selametan, Akhir Mingguan Smipa, kita akan menyelenggarakan Kumpul Keluarga Semi Palar tanggal 6 Oktober 2018 bertempat di Capolaga, Ciater. Kegiatan ini dijadwalkan tanggal 6 Oktober di mana kita bisa membangun kebersamaan antara kita … Baca lebih lanjut

Akhir Mingguan Smipa perdana

Sabtu lalu, pagi-pagi, sebagian dari keluarga besar Smipa punya kesibukan baru yang tidak biasa. Beberapa dari kita janjian berkumpul di Taman Hutan Raya Juanda. Jam 7 pagi kita bersepakat kumpul di sekitar gerbang masuk Tahura Juanda. Beberapa lainnya yang gabung di Klab Gowes Smipa juga sama, menyiapkan sepedanya, keluar dari … Baca lebih lanjut

catatan-catatan merefleksi Slametan TP12

  Seusai kegiatan Slametan TP12 : Cinta Bumiku Cinta Negeriku dengan segala dinamika dan prosesnya, kami menangkap ada beberapa catatan refleksi yang muncul. Berikut beberapa catatan refleksi dari rekan orangtua dan para kakak yang sempat menuliskannya dalam blog mereka. Sampai hari ini ada 8 blogpost yang merekam tentang ini. Menarik untuk … Baca lebih lanjut

Kata Siapa? [catatan paska selametan]

 

“Kemerdekaan adalah berhasil menemukan keberanian untuk mengikuti kata hati”

Tag-line ini merupakan hasil kesimpulan sementara dari proses diskusi yang saya lakukan bersama rekan-rekan saya di sebuah warung kopi (obrolan warung kopi biasanya lebih berkualitas, objektif, dan kritis, ketimbang forum diskusi kacangan di saluran televisi, haha…). Kesimpulan ini pun muncul dengan ketentuan; kata hati itu merupakan jalur komunikasi alami antara kita dengan Tuhan, sehingga kata hati tidak pernah salah (inipun lagi-lagi buah kesimpulan sementara dari diskusi di warung kopi yang dimaksud).

Jadi… Apakah kita sudah benar-benar merdeka?

*****

Tanggal 17 Agustus 2016 lalu, saya berkesempatan mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Semi Palar. Acara Slametan Awal Tahun yang bertepatan dengan memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Sebuah acara yang diramu dan dilakukan oleh berbagai pihak praktisi pendidikan (anak, orangtua, dan sekolah), yang bertujuan untuk menghimpun doa di awal tahun ajaran serta untuk mensyukuri tonggak kemerdekaan bangsa – selain juga bertujuan untuk mempererat ikatan, komunikasi, koordinasi, kerjasama, antar ketiga praktisi pendidikan, dan meningkatkan rasa kebangsaan.

Susunan acara diisi dengan berbagai kegiatan permainan kelompok yang perlu dilakukan agar setiap kelompok memiliki bahan serta peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pengibaran bendera merah putih di penghujung acara.  Beberapa hal yang paling menarik perhatian saya adalah: 1) Pengibaran bendera dilakukan dengan cara yang tidak ortodoks, dan 2) Divisi kebersihan nyaris tidak bertugas sama sekali!

 

Pengibaran Bendera

Meski mayoritas peserta acara mengenakan sepatu, namun pakaian yang dikenakan memang tidak seragam; ada jeans, bahan katun, celana panjang, celana pendek, kaos, kemeja, jaket, dsb. Di samping itu, format upacara tidak mengikuti alur kegiatan upacara bendera pada umumnya. Yang paling menarik adalah pengibaran bendera diiringi dengan lagu Syukur, bukan dengan lagu Indonesia Raya (lagu Indonesia Raya tetap dinyanyikan bersama setelah bendera selesai dikibarkan).

Lah… Emang boleh?!

Untuk sebuah prosesi upacara pengibaran bendera resmi (instansi dan kenegaraan), memang ada sebuah protokoler baku yang harus dilakukan, dimana protokoler ini dilakukan (menurut saya) agar seluruh warga negara memiliki patokan yang umum dalam rangka menghormati simbol kenegaraan dan patokan penyelenggaraan kegiatan upacara pengibaran bendera.

Namun, esensinya adalah niat, itikad, dan keluaran sikap berkebangsaan yang dimunculkan melalui penyelenggaraan upacara pengibaran bendera. Ketika bendera dikibarkan dengan diiringi oleh lagu Indonesia Raya, pada umumnya rasa bangga, haru, serta jiwa patriotisme kita seketika itu juga ikut muncul dan membara. Bolehkah saya menitikberatkan perasaan syukur ketika pengibaran bendera dilakukan? Mensyukuri karunia Tuhan yang diberikan lewat perjuangan para pahlawan bangsa? Mensyukuri kondisi positif serta kemajuan yang telah dialami oleh bangsa Indonesia hingga saat ini? Kata hati saya berujar, “Jangan kau lupa mensyukuri hal-hal ini…”.

Kemerdekaan adalah berhasil menemukan keberanian untuk mengikuti kata hati; saya insan merdeka, saya akan ikuti kata hati saya…

 

Kondisi Kebersihan

Selain karena mayoritas peserta acara sudah memiliki kesadaran yang baik akan pentingnya menjaga kebersihan, pentingnya mereduksi sampah hingga ke titik mendekati nol, peserta acara juga sudah memiliki kebiasaan yang dibangun dalam keseharian tiap-tiap individunya. Kesadaran tanpa pembiasaan belum tentu berhasil…

Meski tukang sampah/petugas kebersihan sudah stand-by di lokasi acara, meski tidak ada plang pengingat “Buanglah sampah pada tempatnya!”, atau “Nyampah = benjol” misalnya, namun peserta acara tampak sudah sangat sungkan untuk menghasilkan sampah, terlebih lagi ketika acara ini memang diadakan di sebuah tempat terbuka yang relatif alami.

Peserta acara memang memiliki kebebasan untuk membuang sampah sembarangan, tapi mereka tidak memiliki kemerdekaan untuk membuang sampah sembarangan.

Kemerdekaan adalah berhasil menemukan keberanian untuk mengikuti kata hati; mereka insan merdeka, mereka akan mengikuti kata hati untuk tidak membuang sampah sembarangan…

Salah satu hal yang paling berkesan dari pengalaman ini adalah ketika saya benar-benar merasa gado-gado rujak gejrot; haru, syukur, miris, bangga, bercampur jadi satu ketika pengibaran bendera merah putih dilangsungkan. Satu dari sedikit pelaksanaan upacara pengibaran bendera yang saya lakukan dengan khidmat.

Haru? Jelas. Syukur, bangga? Pastinya iya. Tapi miris? Emang kenapa

Ketika bendera dikibarkan dengan lantunan lagu Syukur sebagai backsound-nya, tak terasa air mata saya menitik. Yang terlintas di benak saya adalah kesedihan saya, yang masih sering melihat berbagai kekonyolan dan absurditas yang dilakukan oleh segelintir warga negara, ketika berperilaku dan berinteraksi sehari-hari. Saya ketika itu juga berpikir, “Apa reaksi para pahlawan pejuang kemerdekaan jika saat ini beliau-beliau masih hidup kemudian melihat pengorbanan darah, materil, emosional, psikologis, serta nyawa mereka, seperti ‘disia-siakan’ oleh anak-cucu generasi penerus, yang seharusnya mengisi kemerdekaan dengan optimal?!”. Saya bayangkan mereka sedang menangis dan kecewa melihat arah bangsa Indonesia yang masih seperti ini…

Apakah kita sudah merdeka? Melakukan apapun peran kita dengan optimal, sepenuh hati, dan sesuai dengan arahan kata hati?

Kemerdekaan adalah berhasil menemukan keberanian untuk mengikuti kata hati. Namun sayangnya, kata hati kita semakin sayup, terimbas dan terdistorsi oleh suara ego dan bisikan hawa nafsu. Rajin-rajinlah berdialog dengan diri sendiri, kenali lagi kata hati kita, semoga kita tidak dibuat bingung, “Ini teh kata siapa?”, agar kita dapat menjadi insan yang betul-betul merdeka…

– EL –

[bewara] Slametan Smipa TP12

  Melengkapi undangan dan pemberitahuan yang sudah dibagikan, berikut tambahan informasi yang perlu dipersiapkan per kelompok di bawah koordinasi rekan-rekan orangtua yang menyediakan diri menjadi Koordinator Kelompok. Kendaraan dan keberangkatan. Setiap kelompok diharapkan mengaturkan agar berbagi kendaraan, sebisa mungkin setiap kursi kendaraan terisi agar kita semua mengurangi emisi CO2 sekaligus juga … Baca lebih lanjut

[Taki-taki] Gerakan Transisi: Melangkah Menuju Kehidupan Berkesadaran

  Menempuh 11 tahun perjalanan dalam kependidikan holistik tentunya bukan jangka waktu yang singkat, tetapi juga belum dapat dikatakan sebagai ‘cukup’ untuk dapat betul-betul memahami dan telaten meneladani makna kehidupan berkesadaran yang sesungguhnya. Kami di Rumah Belajar Semi Palar, terus berusaha mengisi kantung-kantung pemahaman menuju ‘new story’ atau babak baru … Baca lebih lanjut

Bincang Pagi Orangtua

Sejak bulan lalu di kantin Smipa, sekali dalam sebulan diadakan bincang pagi orangtua. Bincang pagi ini diadakan sebagai sarana orangtua untuk berbagi, saling menguatkan, dan membangun satu sama lain.   Kegiatan yang diadakan dalam setting informal ini membahas tentang hal-hal yang menjadi tantangan orangtua dalam mendampingi anak-anaknya saat ini. Orangtua … Baca lebih lanjut

‘situbacang’ : mempraktikkan gift economy

Di awal Tahun Pendidikan ke sebelas ini, melalui Taki-taki keluarga besar Semi Palar berkesempatan belajar dari Satish Kumar yang memaparkan tentang pentingnya kita memasuki babak baru (New Story) karena pola-pola kehidupan kita yang selama ini dijalankan – tanpa disadari – membawa begitu banyak keburukan bagi manusia dan peradabannya. Di Semi Palar … Baca lebih lanjut

panggung dongeng Tambora

Halo semuanya, ketemu lagi dengan kami, Laskar Tambora. Hari ini kami mau cerita tentang kegiatan seru yang sedang bergulir di kelas kami. Kegiatan tersebut kami beri nama Panggung Dongeng Tambora. Panggung Dongeng Tambora adalah kegiatan rutin yang melibatkan orang tua Laskar Tambora untuk mendongeng di kelas, dilakukan seminggu dua kali … Baca lebih lanjut

[bewara] musik sore smipa TP11

Musik Sore Smipa : Pemusik dan pendengar yang melebur saling berbagi dan saling mengapresiasi.   Sejak awal digagas, Musik Sore Smipa dimaksudkan jadi sebuah ajang musikalitas serupa musik rakyat jaman dahulu… Sebatas ruang dan waktu yang dipersiapkan dan disepakati bersama untuk jadi ruang berbagi dan menikmati musik bersama. Pemusik dan pendengar yang … Baca lebih lanjut