Menyaksikan Finlandia mengelola pendidikannya – seperti yang diliput secara komprehensif oleh Dr. Tony Wagner dalam filem dokumenternya The Finland Phenomenon – memang sangat menarik. Merefleksi sistem pendidikan di Indonesia dan banyak negara sekalipun – otomatis muncul pertanyaan mendasar, bagaimana sebuah sistem pendidikan yang tidak membebani para pelajarnya dengan kurikulum yang berat, melalui jam belajar yang tidak banyak, nyaris tanpa test atau ujian di berbagai jenjang pendidikannya bisa menjadikan Finlandia sebagai negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia? Apabila demikian situasinya dapatkah kita menyimpulkan bahwa materi belajar yang banyak, jam belajar yang terus ditambahkan, test dan ujian yang diberikan ternyata tidak berkorelasi dengan kualitas pendidikan yang dihasilkan?
Berikut abstrak dari filem dokumenter yang disiapkan untuk diskusi filem ini di forum diskusi Moedomo Learning Initiative bertempat di Common Room Network Foundation tanggal 12 Desember 2012.
Di bawah ini tautan ke filem dokumenter tersebut – yang terbagi menjadi 4 bagian.
bagian 1 dari 4
bagian 2 dari 4
bagian 3 dari 4
bagian 4 dari 4
Lalu apa yang bisa kita lakukan – belajar dari filem ini. Hari ini cuplikan2 dokumenter filem ini kita jadikan bahan telaah para kakak di Semi Palar. Bersama kita mencoba membaca dan memahami hal-hal apa yang menjadi kunci keberhasilan pendidikan sebuah bangsa. Bagaimana visi pendidikan yang digariskan oleh pemerintah melalui Menteri Pendidikannya diterapkan di berbagai level. Bagaimana visi dan konsep tersebut dapat begitu terasa muncul sebagai pemahaman di tingkat individu yang mengalami proses pendidikan tersebut – para pelajarnya dan di tengah keluarga – para orangtua. Hal ini yang sangat terlihat ada di bangsa Finlandia. Di luar itu sangat banyak hal yang bisa diambil sebagai inspirasi. Salah satu yang terpenting adalah bagaimana sistem pendidikan tersebut dibangun dengan berlandaskan rasa percaya – TRUST. Sepertinya hal ini menjadi kunci keberhasilan Finlandia. Sebaliknya, hal ini juga yang tidak kita miliki ada di bangsa Indonesia. Kalau kita jujur, kita tidak punya rasa saling percaya – satu sama lain dari setiap individu dan lembaga yang berkepentingan menyelenggarakan pendidikan.
Secara sederhana, saya kira hal-hal ini juga bisa kita mulai terapkan di lingkup yang sangat terjangkau oleh kita – di komunitas Rumah Belajar Semi Palar. Saat visi pendidikan dan spirit pembelajaran dipahami betul oleh setiap individu di dalam komunitas ini – kemudian masing-masing menjalankan perannya, saya kira dengan sendirinya hal tersebut akan meningkatkan kualitas penyelengaraan pendidikan yang sedang diupayakan. Rasa saling percaya kalau kita yakini sebagai kunci, perlu kita bangun sama-sama di antara kita – satu sama lain. Kalau kita ingin memperbaiki pendidikan anak-anak kita, kita bisa mulai dari diri kita masing-masing. Di Semi Palar, saya yakin kita bisa. [aas]
Di bawah ini saya juga tambahkan orat-oret analisis mengenai filem tersebut dalam bentuk mindmap. Mudah-mudahan bermanfaat.
Create your own mind maps at MindMeister