kenapa smipa terus menerus berubah?

 

Dalam diskusi-diskusi kita selama ini di Smipa, antara saya dan teman2 lingkung, bersama para kakak, dengan para orangtua, cukup kerap muncul pertanyaan tentang hal ini… tentang perubahan.
“Kenapa sih diubah?” “Kenapa sih Smipa berubah-ubah terus?” Pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
Saya kira kita perlu menempatkan pernyataan di bawah ini ke dalam kesadaran kita semua, bahwa satu-satunya hal yang konstan di alam semesta ini semata-mata hanyalah perubahan. “Change is the only constant”. Sangatlah penting kita memaknai dan menghayati kata-kata tersebut ke dalam proses kehidupan kita hari ini.

945662_682921631724161_1859586434_n

 

Kita perlu sangat menyadari – bahwa di luar sana segala sesuatu berubah demikian cepat. Satu generasi – saat kita kecil dulu dengan kehidupan anak-anak kita saat ini, begitu besar perubahan yang ada. Satu-satunya cara – teman-teman – adalah bahwa kitapun senantiasa bergerak, senantiasa berubah, memahami dan menyelaraskan diri dengan perubahan.

Sejak awal berproses di Semi Palar, perlahan-lahan kami mulai melihat bahwa saat kita memandang pendidikan kehidupan itu sendiri seperti yang diyakini John Dewey – di dalam semesta ini – kita juga harus mengamini bahwa perubahan adalah pada hakikatnya merupakan gambaran tentang proses belajar kita. Seperti tertulis di bawah ini, Leo Buscaglia bilang, bahwa perubahan adalah penghujung dari segala pembelajaran sejati. Menarik sekali bahwa tujuan pembelajaran bukanlah sesuatu yang pasti atau fixed melainkan justru sesuatu yang dinamis dan sulit didefinisikan : perubahan.

change-and-learning1

Hal ini sejalan dengan pemahaman kami bahwa hal-ihwal terkait pendidikan adalah nyaris tidak mungkin distandarisasi. Standarisasi kurikulum dengan demikian adalah suatu yang absurd. Apalagi kalau kita bicara dalam konteks pendidikan yang holistik, pendidikan yang utuh menyangkut anak-anak kita – individu manusia dengan segala konteksitas dan keajaibannya.

Di suatu titik, di tengah diskusi saya bersama rekan-rekan di lingkung, kami bersepakat bahwa semua hal yang kita rumuskan di Semi Palar, apakah itu panduan, kurikulum, sistem, prosedur, apapun itu bentuknya, mereka itu akan senantiasa berstatus DRAFT. Tidak akan ada yang pernah menjadi Final. Karena pada saat kita memfinalkan sesuatu, di titik itulah kita berhenti belajar – berhenti berproses dan kita melepaskan diri dari dinamika kehidupan.

Mengingatkan lagi pada apa yang disampaikan Aki Muhidin :

Nyaho Can Tangtu Ngarti
Ngarti Can Tangtu Bisa
Bisa Can Tangtu Tuman
Tuman Can Tangtu Ngajadi

Mari kita mengamini perubahan, memahami kenapa dan ke mana perubahan-perubahan terjadi dan meleburkan diri untuk menjadi bagian dari perubahan2 tersebut.

Tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.