[studi mahasiswa] Kesiapsiagaan Rumah Belajar Semi Palar terhadap Bencana Alam

Penulis : Stenley Andersen

Halo, perkenalkan nama saya Stenley Andersen. Saya mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan jurusan Teknik Sipil. Berawal dari kepedulian saya terhadap kurangnya kesadaran masyarakat mengenai bahaya bencana alam yang mengancam Indonesia, penelitian untuk tugas akhir saya mengambil topik mengenai penilaian tingkat kesiapsiagaan tanggap darurat bencana gempa bumi pada sekolah dasar di kawasan Bandung Utara. Saya memutuskan untuk mengambil beberapa sampel sekolah yang akan saya jadikan subjek penelitian, sembari secara tidak langsung mengkampanyekan pentingnya kesiapsiagaan tanggap darurat bencana gempa bumi bagi komunitas sekolah, khususnya bagi sekolah yang berada pada kawasan Bandung Utara. Hal ini karena area sekolah-sekolah tersebut dilewati oleh sesar lembang yang setiap tahunnya bergerak 3 – 5,5 milimeter per tahun.

Salah satu sekolah yang menjadi subjek penelitian saya adalah rumah belajar Semi Palar, rumah belajar yang secara umur dapat dikategorikan masih remaja karena September nanti baru akan berulang tahun yang ke-15. Tentu saja kita tidak dapat menilai kesiapsiagaan suatu sekolah dalam menghadapi bencana alam hanya berdasarkan umur atau lamanya sekolah tersebut. Umur yang masih remaja ini juga tidak berarti bahwa rumah belajar Semi Palar tidak siap dalam rangka menghadapi bahaya bencana alam gempa bumi. Berkaitan dengan hal tersebut, saya memutuskan untuk melakukan wawancara, dan penilaian dengan menggunakan instrumen penilaian mengenai rencana tanggap darurat dan sistem peringatan dini yang telah disempurnakan oleh rekan saya Muhammad Nur Rahman dan Clifford Robert John Tetelepta melalui penelitian tugas akhirnya pada tahun 2018-2019. Adapun beberapa parameter yang menjadi bagian dari penilaian yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

  1. Rencana Tanggap Darurat meliputi kategori:
  2. Prosedur Tetap (Protap)
  3. Simulasi dan Sistem Komando (SKD)
  4. Evakuasi, Berlindung di Tempat Kejadian dan Pertolongan Pertama
  5. Kebutuhan Dasar, Peralatan dan Perlengkapan
  6. Kesinambungan Pendidikan dan Reunifikasi Keluarga
  7. Sistem Peringatan Dini meliputi kategori:
  8. Alat Peringata Dini (SPD) Sekolah
  9. Media Informasi Kebencanaan dan SPD sekolah
  10. Pengetahuan serta Pemahaman Kebenanaan dan SPD Sekolah
  11. Manajemen SPD Sekolah

Hal pertama yang menarik perhatian saya ketika memasuki rumah belajar ini adalah keseluruhan konstruksi struktur bangunan sekolah ini yang terbuat dari rangka baja. Sebagai informasi saja, dengan digunakannya rangka baja sebagai rangka utama bangunan maka jika suatu saat terjadi bencana maka penghuni atau pengguna bangunan memiliki waktu yang cukup untuk keluar dan menyelamatkan diri karena baja memiliki daktilitas yang tinggi. Selain itu, tentunya dengan digunakannya baja, rumah belajar ini memiliki ketahanan terhadap gempa yang lebih baik. Rumah belajar ini seakan ingin memberikan kesan pertama berupa keamanan bagi orang tua yang menyekolahkan anaknya di sini, tanpa harus khawatir jika sewaktu-waktu bencana terjadi.

Setelah berkeliling di sekitar sekolah, dan berbincang dengan kepala sekolah dan beberapa staf pengajar, ada beberapa hal yang cukup menarik dan hal-hal tersebut semakin menunjukkan keseriusan mereka dalam menghadapi bencana alam yang dapat datang kapan saja. Beberapa hal tersebut antara lain :

  1. Tersedianya kotak persediaan makanan dan minuman yang terdapat di beberapa titik yang dilalui oleh jalur evakuasi. Adapun isi dari kotak siaga bencana ini berupa:
  • 8 bungkus biskuit.
  • 10 liter air minum.
  • 12 buah selimut darurat.
kotak bencana
Gambar 1. Kotak Siaga Bencana

Kotak ini memang seolah-olah hanya mengahabiskan anggaran sekolah, karena setiap tahun harus diperbaharui agar stok makanan yang ada tetap terjaga kualitasnya. Namun, kotak ini bertujuan untuk bersiap diri di kala bencana terjadi. Penempatannya juga menarik untuk ditelaah. Dikarenakan berisi makanan, maka kotak ini diletakkan di daerah yang tidak langsung terpapar cahaya matahari sehingga dapat dipastikan cadangan makanan dan minuman yang ada di dalam tidak akan terjadi perubahan rasa maupun bau. Namun ada 1 atau 2 kotak yang penempatannya kurang efektif, misalnya ada kotak yang tertutup oleh bangku kayu, ataupun ada kotak yang letaknya tidak dilalui oleh jalur evakuasi. Dengan adanya keberadaan kotak bencana ini, setidaknya dapat memberikan cadangan makanan bagi 8 hingga 10 orang saat bencana alam terjadi.

  1. Simbol jalur evakuasi yang ditempatkan di tempat yang mudah dilihat. Simbol ini menjadi penting ketika bencana alam terjadi, karena dengan adanya simbol jalur evakuasi dapat membantu warga sekolah yang kebingungan dan panik saat bencana alam terjadi sehingga dapat menuju ke titik kumpul terdekat.

  2. Simbol jalur evakuasi yang ditempatkan di tempat yang mudah dilihat. Simbol ini menjadi penting ketika bencana alam terjadi, karena dengan adanya simbol jalur evakuasi dapat membantu warga sekolah yang kebingungan dan panik saat bencana alam terjadi sehingga dapat menuju ke titik kumpul terdekat
Gambar 2. Simbol Jalur Evakuasi
Gambar 2. Simbol Jalur Evakuasi

Terdapat titik kumpul yang menyebar merata di lingkungan sekolah sehingga warga sekolah tidak menumpuk di salah satu titik kumpul, sehingga tentunya kotak bencana yang telah disediakan dapat digunakan secara optimal.

titik kumpul
Gambar 3. Titik Kumpul

Adanya sirine peringatan bencana yang menggunakan solar energy sehingga putusnya aliran listrik bukan masalah saat ingin memberikan peringatan bencana.

sirine
Gambar 4. Sirine Peringatan Bencana

Anak didik diajak untuk mengenali bahaya yang ada di ruang kelas mereka. Secara tidak langsung, sekolah mengajak anak didik untuk siap siaga terhadap bencana atau pun bahaya yang akan mengancam mereka saat berada di kelas atau bengkel tempat mereka melakukan praktikum. Selain itu, anak didik juga secara tidak langsung terlibat untuk merancang jalur evakuasi yang efektif ketika bahaya mengancam.

gambar
Gambar 5. Pengenalan Bahaya

Tas P3K yang dimiliki oleh setiap wali kelas.

p3k.png
Gambar 6. Tas P3K

Dari hal-hal tersebut yang saya sebutkan diatas, secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa rumah belajar yang masih “remaja” ini dapat dikategorikan cukup siap siaga jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Adapun saat saya mengkategorikan mereka SIAP dalam menghadapi bencana juga didasari oleh hasil penilaian tentang sistem peringatan dini yang berada pada angka 71,68 dari 100 dan nilai rencana tanggap darurat yang berada pada angka 77,69 dari 100.

Tentu rumah belajar ini tidak sepenuhnya siap karena masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, misalnya penempatan kotak bencana yang dapat dikaji ulang, hingga isi kotak bencana yang dapat diperbanyak kuantitasnya khususnya untuk persediaan air minum.

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.