Mengawali catatan ini, perlu diingat bahwa catatan ini tidak didasarkan pada teori manajemen tertentu. Tujuan tulisan ini adalah berbagi pengalaman dan hal-hal yang kami coba terapkan di Rumah Belajar Semi Palar, berdasarkan pengenalan kami terhadap diri kami sendiri sebagai sebuah organisasi dan apa yang hendak kami bangun di dalamnya.
Berusaha membangun diri sebagai organisasi holistik, Rumah Belajar Semi Palar menata sistem pengelolaannya secara khas berdasarkan pengenalan kami terhadap cara berpikir holistik (holistic thinking). Kata Holistik sendiri bisa diartikan secara sederhana sebagai utuh, menyeluruh, tidak terkotak-kotak, terpadu, seimbang. Dengan demikian implementasi organisasi perlu berpijak pada esensi ke-holistik-an seperti yang dijabarkan kata-kata di atas.
Sebelumnya kita perlu menelaah kembali cara pandang kita terhadap sebuah organisasi. Kalau bicara sebuah organisasi, hampir selalu kita berpikir mengenai sebuah struktur yang hirarkis, ada yang di atas, dan ada yang dibawah (lihat gambar di samping ini). Ada atasan dan ada bawahan – sebagai sebuah piramida. Paradigmanya adalah siapa yang memberi perintah / instruksi dan siapa pelaksananya. Pola ini sangat mencerminkan tingkat kepentingan dari masing-masing tingkatan / level. Sekilas, individu yang berwarna merah berdiri di puncak adalah sosok yang serba penting. Namun konsekuensinya, organisasi tersebut sangat bergantung pada sosok di puncak organisasi. Hal ini adalah sebuah kelemahan potensial. Inilah sebabnya terutama di Indonesia, banyak organisasi besar yang hilang / memudar pada saat sosok yang mengawalnya suatu saat harus meninggalkan organisasi tersebut karena suatu hal.
Di Rumah Belajar Semi Palar sebagai sebuah organisasi holistik, yang menjadi titik perhatian adalah peran masing-masing. Tidak ada yang lebih penting karena masing-masing anggota organisasi punya peran spesifik untuk saling mengisi. Karenanya kami tidak punya istilah kepala sekolah, karena tidak ada yang mengepalai siapapun. Yang lebih menjadi penekanan adalah fungsi koordinasi, sehingga kepala sekolah berganti nama menjadi Koordinator Utama. Sebagai koordinator, posisinya bisa di manapun, bisa di depan, bisa di samping, bisa di belakang.
Yang tentunya berbeda adalah soal tanggung jawab dan lingkup olahan, karena Koordinator Utama bertanggung jawab atas berjalannya semua penyelenggaraan di Rumah Belajar Semi Palar. Secara implisit ada elemen hirarkis di sana, tapi tidak seperti yang di atas tadi, justru kebalikannya, Koordinator Utama yang menjadi penanggung jawab keseluruhan terletak di lapisan terbawah, mendukung segala sesuatu yang menjadi komponen penyelenggaraan di Rumah Belajar Semi Palar.
Lalu bagaimana hal ini dituangkan dalam struktur organisasi di Semi Palar, muncullah konsep seperti yang disebut di judul catatan ini sebagai manajemen bawang merah dan buah jeruk. Kita bisa membayangkan sebuah struktur di mana ada kelompok2 di pusat, setiap 3 kelompok (satu jenjang) didampingi Koordinator Jenjang kemudian di sisi luarnya ada lapisan2 seperti kulit bawang yang menggambarkan peran dan fungsi tim SPP. Berikut penjelasan lebih detail dari masing-masing komponen.
Kelas (Kelompok Belajar) didampingi para guru
Sebagai unit terkecil kelas (kelompok belajar) diibaratkan bilah-bilah jeruk dari sebuah jeruk yang utuh, terletak di pusat. Setiap kelompok dipimpin oleh para guru. Kelompok-kelompok belajar ini memang inti (core) dari segala sesuatu yang diupayakan di Rumah Belajar Semi Palar. Sangat penting karenanya di dalam konfigurasi ini ia terletak ditengah – di pusat.
Koordinator Jenjang (KJ)
Beberapa kelompok didamping dan dikoordinasi oleh seorang Koordinator Jenjang. Koordinator Jenjang adalah lapisan peralihan antara bilah-bilah buah jeruk dan bawang merah. KJ mengolah seluruh aspek penyelenggaraan pembelajaran di kelas2 yang didampingnya tapi terfokus pada beberapa kelompok. Di Semi Palar, setiap jenjang beranggotakan 3 kelompok – yaitu jenjang PG-TK, SD Kecil, SD Besar dan SMP.
Sistem Pendukung Pembelajaran (SPP)
Mendukung Koordinator Jenjang adalah Tim SPP (Sistem Pendukung Pembelajaran). Tim yang secara sistemik harus mendukung KJ dan para guru menggulirkan pembelajaran. Apabila KJ berperan mendampingi kelompok, tim SPP memegang satu fungsi spesifik dan memiliki lingkup olahan seluruh kelas (mendukung bekerjanya seluruh kelompok). Contohnya SPP bidang Kurikulum dan Metode Pembelajaran, SPP bidang Administrasi Keuangan dan lain sebagainya.
Koordinator Utama (KU)
berada di lapisan terluar untuk meyakinkan berjalannya fungsi SPP, KJ dan para guru.
Ketiga fungsi ini (KU, KJ dan SPP) menyebut diri sebagai LingKung (Lingkar Pendukung) karena memang fungsi utamanya adalah mendukung berjalannya proses pembelajaran pada para siswa yang difasilitasi para guru. Koordinasi LingKung adalah menjadi kunci berjalannya segala sesuatu di Semi Palar – untuk membantu para guru menjalankan fungsinya memfasilitasi pembelajaran holistik seoptimal mungkin di kelas, hari demi hari.