“Waduuuhhh… sakit sekali mulutku. Aku jadi tak bisa makan apa-apa huhuhuhu sedih sekali,” ujar Badu sembari menangis. Badu adalah anak bungsu Bapak Kepala Desa Cirinpi, ia tidak suka memakan sayur dan buah. “Hhh.. sayur dan buah tidak enak. Aku lebih suka makan gorengan saja, lebih enak!” Badu pun asyik makan gorengan, banyak sekali, sampai-sampai suatu hari muncul sariawan di mulut Badu yang menyebabkannya sulit makan. Bapak Kepala Desa mulai khawatir karena Badu tak bisa memakan apapun.
Suatu hari Bapak Kepala Desa memanggil warga Desa Cirinpi yang jago memasak untuk membuatkan menu spesial berbahan dasar buah dan sayur untuk Badu. Para warga pun bersemangat mendengar tantangan dari Bapak Kepala Desa. Mereka pun berdondong-bondong pergi ke pasar untuk membeli buah dan sayur. “Punten Bu Tini, mau beli tomat dan kol,” “Oh boleh, ini tomat dan kol. Harganya 8 rupiah.” Selesai berbelanja, para pemasak andal Desa Cirinpi pun segera memasak dan menata hasil masakan mereka seindah mungkin agar Badu tertarik memakannya.
“Ini, makanan spesial dari saya. Sup Anggur,” ujar warga bernama Azwa “Kalau ini buatan saya, sambal terasi,” ujar warga lain yang bernama Gerard. “Sluurrrppp… Hmm.. lezat sekali masakan buatan warga Desa Cirinpi ini. Aku tidak menyangka jika semua masakan lezat ini terbuat dari buah dan sayur. Enak!” Tak butuh waktu lama, sariawan di mulut Badu pun berangsur-angsur sembuh. Yeay, terima kasih warga Desa Cirinpi! 🙂
“Kwek kwek kwek,” “Moooo…,” “Kukuruyuuukk..,” “Oink oink!” “Mbeeekkk….” Begitulah kira-kira suasana ketika Bocah Merapi memperkenalkan Dona dan Doni kepada hewan-hewan di Kaki Gunung Desa Cirinpi. Eits, tapi coba perhatikan! Tampaknya hewan-hewan tersebut merasa kesepian dan ingin mengenal hewan-hewan lain yang ada di Kaki Gunung Desa Cirinpi. Bocah-bocah Merapi, ayo kita beri hewan-hewan ini teman agar mereka ceria kembali!