Di hari Sabtu 08/10/16, senangnya kita bisa jumpa di Pertemuan Orangtua Smipa – Jenjang Usia Dini (KB-SD2). Cuasa pagi yang mendung tidak menyurutkan semangat orangtua untuk datang tepat waktu dan menghadirkan diri secara penuh sepanjang kegiatan.
Pada kesempatan ini kita beruntung didamping seorang psikolog senior, sahabat sepanjang Smipa ini berproses. Beliau adalah Ibu Dra. Marisa F. Moeliono, M.Pd (Psikolog) yang di hari itu tampil segar dan ayu berbalut busana etnis khas dirinya yang kita kenal. Ada 71 orangtua datang, mencakupi 77% dari keseluruhan orangtua JUD. Satu catatan yang baik terkait forum kita berbagi referesni dan menyelaraskan sudut pandang, persepsi serta pemahaman.
Menarik mengikuti lontaran pertanyaan dari beberapa orangtua saat Bu Marisa membuka kesempatan untuk mengenali lebih jauh dirinya sebagai narasumber, di antaranya: Apakah Ibu punya anak? Apakah Ibu mengasuh anak Ibu sendiri atau pake baby sitter? Apakah Ibu merasa anak-anak Ibu sekarang jadi orang? Kesemuanya dijawab gamblang, ramah dan jujur disisip paparan kesulitan beliau ketika dulu menjalaninya. Bu Marisa berkisah bahwa mereka sebagai pasangan berkomitmen mengasuh anak sendiri yang berujung pada situasi si kecil diboyong kuliah atau mengajar, saling bergantian dengan suami. Penyampaian yang mengangkat sisi manusiawi dan sekaligus kesetaraan bahwa menjadi seorang psikolog kondang tak berarti bebas dari situasi diri.
Kegiatan awal diwarnai keseruan saat kita diajak membuat celana istimewa dari kertas koran yang kita bawa. Berkelom
pok dalam waktu 15 mmenit saja, kita berbagi tugas menjadi perancang, model, dan penjahit… Nah, saat para model memeragakannya tak terpungkiri betapa keren hasil kreasinya; sarat kreativitas sekaligus keberanian berekspresi para amatiran melampaui kaliber para desainer profesional sekali pun, heheh (silakan lihat foto-fotonya) Ada kreasi celana cutbray dari jaman 70-an, model legging ngepres, model overall, bahkan celana khusus ibu hamil. Beberapa saat setelah dipakai berjalan, beberapa berganti model misalnya belahannya menjadi lebih tinggi, hahaha… Nah ternyata simulasi ini mengajak kita semua memahami bahwa aturan (‘desain celena’) yang orangtua (‘desainer’) buat terkadang tanpa kita mau tahu apa yang disuka dan dirasa oleh sang anak (‘model’), kadang juga tanpa kita yakin betul apa tujuannya dan sering sekadar karena semua orang melakukannya. Secara sederhana, begitu lah panggambaran posisi dan situasi tentang disiplin, anak, dan kita. Dibawa cara elok seperti ini membuat kita tak merasa dicecar atau diadili; melainkan terajak untuk berefleksi dan mengakui kebenaranya secara terbuka atau senyum terkulum tanda membenarkan secara diam-diam dalam hati…
Nah di akhir forum, sempat dirangkumkan inti-inti penyampaian sbb:
- Disiplin atau aturan ini pada dasarnya dibuat untuk kepentingan siapa? Apakah demi kemudahan kita atau kebaikan mereka jauh ke depan? Dalam proses sepanjang usia dininya, mereka (anak-anak) ini meniru siapa? Pola respon mereka dapatkan dari mana?
- Disiplin dan aturan itu perlu rutin, selalu, dan konsistensi. Kuncinya adalah pembiasaan yang pembentukannya butuh waktu. Disiplin tidak selalu berarti penderitan.
- Ketika pembuatan dan penerapan aturan atau disiplin, selalu sadari tujuannya. Karena aturan itu seharusnya dibuat untuk kebaikan anak (orang lain) bukan demi kemudahan diri kita sendiri. Aturan dan disiplin ini sebagai bekal anak dalam menjalani hidupnya nanti.
Demikian sekilas kegiatan kita. Semoga semua yang hadir bisa merealisasikan manfaatnya bagi anak.
Terimakasih banyak untuk Bu Marisa yang baik dan selalu hadir menenangkan hati kita – para orangtua muda ini, bahwa semua akan berjalan baik-baik saja selama kita selalu menghadirkan diri untuk kepentingan anak-anak kita. Waktu akan berjalan cepat, dalam sekejap saja anak-anak ini akan bertumbuh besar dan mandiri. Pabila saat itu tiba, kemungkinan besar kita akan sangat merindukan masa-masa mereka ‘merepotkan’ kita seperti sekarang ini…
Cerita dibuang sayang:
Para orangtua datang dengan semangat yang baik, termasuk meraka yang masih punya anak bayi. Hal itu tidak menjadi kendala atau penghambat mereka datang tepat waktu dan mengikuti kegiatan dengan penuh perhatian. Ibu dan Ayah saling berbagi antara menyerap materi dan memperhatikan sang bayi.
Semua dijalani dengan gembira dan rileks saja. Salut dan apresiasi kami untuk para ibu dan ayah ini, kalian memang luar biasa! 🙂
Catatan proses: Kak Lyn