[vaquita] Galang Dana Bencana

6 Oktober 2016 Ketika sebuah bencana terjadi, fenomena saling menyalahkan seringkali muncul menyertainya. Perdebatan panjang seolah-olah tidak menghasilkan apa-apa. Padahal tindakan konkret yang memang sepertinya lebih dibutuhkan ketika bencana itu terjadi. Berangkat dari hal tersebut, kelompok Vaquita merancang sebuah kegiatan Galang Dana Bencana, sebuah kegiatan *bussines day* yang semua hasilnya … Baca lebih lanjut

[kakapo] Nyaba Lingkung

SUBTEMA: SEL Pada hari Selasa, 23 Agustus 2016, teman-teman Kelompok Kakapo melaksanakan kegiatan belajar luar ruangan yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan belajar guna melengkapi sasaran belajar di subtema pertama Sel di kelas 7. Kegiatan ini kami beri nama “Nyaba Lingkung”, dengan dasar pertimbangan kata “Nyaba” merupakan bagian dari program … Baca lebih lanjut

[smp] Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

*Anggota keluarga* baru hadir untuk melengkapi keluarga besar SMP Semi Palar. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah jadi momen bagi kakak-kakak kelas 8 dan 9 untuk berbagi cerita dan pengalaman berproses di sekolah yang menjadi rumah belajar bersama, tanpa batasan jenjang. Kolaborasi nyata terjalin antara mereka semua dalam mini-proyek menggali tema “Jejak … Baca lebih lanjut

[ibex] Kreasi Permainan Papan

Bermain adalah hakekat semua manusia.  Kegembiraan adalah bahasa universal yang dipahami segala usia. Kelompok Pyrenean Ibex menjadikan wawasan tentang Pulau Jawa yang telah mereka gali dari berbagai sumber sebagai tema dari permainan papan ciptaan mereka. Dalam prosesnya, Kelompok Pyrenean Ibex berkesempatan untuk mendapatkan paparan banyak hal menarik terkait permainan papan … Baca lebih lanjut

[binturong] Bertemu dan Meneliti Hewan

Ketika bertualang di Rimba Harita, Mi’un (Jalmi Daun) mengajak Laskar Binturong berkenalan dengan berbagai jenis hewan. Ada lovebird (unggas), tikus (mamalia), kecoa madagaskar dan kumbang kayu (serangga), ular dan kadal lidah biru (reptil), kodok (amfibi), serta ikan gapi (piesces). Laskar Binturong sangat antusias dan jeli mengamati hewan-hewan tersebut. “Aku hari … Baca lebih lanjut

catatan-catatan merefleksi Slametan TP12

  Seusai kegiatan Slametan TP12 : Cinta Bumiku Cinta Negeriku dengan segala dinamika dan prosesnya, kami menangkap ada beberapa catatan refleksi yang muncul. Berikut beberapa catatan refleksi dari rekan orangtua dan para kakak yang sempat menuliskannya dalam blog mereka. Sampai hari ini ada 8 blogpost yang merekam tentang ini. Menarik untuk … Baca lebih lanjut

Kata Siapa? [catatan paska selametan]

 

“Kemerdekaan adalah berhasil menemukan keberanian untuk mengikuti kata hati”

Tag-line ini merupakan hasil kesimpulan sementara dari proses diskusi yang saya lakukan bersama rekan-rekan saya di sebuah warung kopi (obrolan warung kopi biasanya lebih berkualitas, objektif, dan kritis, ketimbang forum diskusi kacangan di saluran televisi, haha…). Kesimpulan ini pun muncul dengan ketentuan; kata hati itu merupakan jalur komunikasi alami antara kita dengan Tuhan, sehingga kata hati tidak pernah salah (inipun lagi-lagi buah kesimpulan sementara dari diskusi di warung kopi yang dimaksud).

Jadi… Apakah kita sudah benar-benar merdeka?

*****

Tanggal 17 Agustus 2016 lalu, saya berkesempatan mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Semi Palar. Acara Slametan Awal Tahun yang bertepatan dengan memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Sebuah acara yang diramu dan dilakukan oleh berbagai pihak praktisi pendidikan (anak, orangtua, dan sekolah), yang bertujuan untuk menghimpun doa di awal tahun ajaran serta untuk mensyukuri tonggak kemerdekaan bangsa – selain juga bertujuan untuk mempererat ikatan, komunikasi, koordinasi, kerjasama, antar ketiga praktisi pendidikan, dan meningkatkan rasa kebangsaan.

Susunan acara diisi dengan berbagai kegiatan permainan kelompok yang perlu dilakukan agar setiap kelompok memiliki bahan serta peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pengibaran bendera merah putih di penghujung acara.  Beberapa hal yang paling menarik perhatian saya adalah: 1) Pengibaran bendera dilakukan dengan cara yang tidak ortodoks, dan 2) Divisi kebersihan nyaris tidak bertugas sama sekali!

 

Pengibaran Bendera

Meski mayoritas peserta acara mengenakan sepatu, namun pakaian yang dikenakan memang tidak seragam; ada jeans, bahan katun, celana panjang, celana pendek, kaos, kemeja, jaket, dsb. Di samping itu, format upacara tidak mengikuti alur kegiatan upacara bendera pada umumnya. Yang paling menarik adalah pengibaran bendera diiringi dengan lagu Syukur, bukan dengan lagu Indonesia Raya (lagu Indonesia Raya tetap dinyanyikan bersama setelah bendera selesai dikibarkan).

Lah… Emang boleh?!

Untuk sebuah prosesi upacara pengibaran bendera resmi (instansi dan kenegaraan), memang ada sebuah protokoler baku yang harus dilakukan, dimana protokoler ini dilakukan (menurut saya) agar seluruh warga negara memiliki patokan yang umum dalam rangka menghormati simbol kenegaraan dan patokan penyelenggaraan kegiatan upacara pengibaran bendera.

Namun, esensinya adalah niat, itikad, dan keluaran sikap berkebangsaan yang dimunculkan melalui penyelenggaraan upacara pengibaran bendera. Ketika bendera dikibarkan dengan diiringi oleh lagu Indonesia Raya, pada umumnya rasa bangga, haru, serta jiwa patriotisme kita seketika itu juga ikut muncul dan membara. Bolehkah saya menitikberatkan perasaan syukur ketika pengibaran bendera dilakukan? Mensyukuri karunia Tuhan yang diberikan lewat perjuangan para pahlawan bangsa? Mensyukuri kondisi positif serta kemajuan yang telah dialami oleh bangsa Indonesia hingga saat ini? Kata hati saya berujar, “Jangan kau lupa mensyukuri hal-hal ini…”.

Kemerdekaan adalah berhasil menemukan keberanian untuk mengikuti kata hati; saya insan merdeka, saya akan ikuti kata hati saya…

 

Kondisi Kebersihan

Selain karena mayoritas peserta acara sudah memiliki kesadaran yang baik akan pentingnya menjaga kebersihan, pentingnya mereduksi sampah hingga ke titik mendekati nol, peserta acara juga sudah memiliki kebiasaan yang dibangun dalam keseharian tiap-tiap individunya. Kesadaran tanpa pembiasaan belum tentu berhasil…

Meski tukang sampah/petugas kebersihan sudah stand-by di lokasi acara, meski tidak ada plang pengingat “Buanglah sampah pada tempatnya!”, atau “Nyampah = benjol” misalnya, namun peserta acara tampak sudah sangat sungkan untuk menghasilkan sampah, terlebih lagi ketika acara ini memang diadakan di sebuah tempat terbuka yang relatif alami.

Peserta acara memang memiliki kebebasan untuk membuang sampah sembarangan, tapi mereka tidak memiliki kemerdekaan untuk membuang sampah sembarangan.

Kemerdekaan adalah berhasil menemukan keberanian untuk mengikuti kata hati; mereka insan merdeka, mereka akan mengikuti kata hati untuk tidak membuang sampah sembarangan…

Salah satu hal yang paling berkesan dari pengalaman ini adalah ketika saya benar-benar merasa gado-gado rujak gejrot; haru, syukur, miris, bangga, bercampur jadi satu ketika pengibaran bendera merah putih dilangsungkan. Satu dari sedikit pelaksanaan upacara pengibaran bendera yang saya lakukan dengan khidmat.

Haru? Jelas. Syukur, bangga? Pastinya iya. Tapi miris? Emang kenapa

Ketika bendera dikibarkan dengan lantunan lagu Syukur sebagai backsound-nya, tak terasa air mata saya menitik. Yang terlintas di benak saya adalah kesedihan saya, yang masih sering melihat berbagai kekonyolan dan absurditas yang dilakukan oleh segelintir warga negara, ketika berperilaku dan berinteraksi sehari-hari. Saya ketika itu juga berpikir, “Apa reaksi para pahlawan pejuang kemerdekaan jika saat ini beliau-beliau masih hidup kemudian melihat pengorbanan darah, materil, emosional, psikologis, serta nyawa mereka, seperti ‘disia-siakan’ oleh anak-cucu generasi penerus, yang seharusnya mengisi kemerdekaan dengan optimal?!”. Saya bayangkan mereka sedang menangis dan kecewa melihat arah bangsa Indonesia yang masih seperti ini…

Apakah kita sudah merdeka? Melakukan apapun peran kita dengan optimal, sepenuh hati, dan sesuai dengan arahan kata hati?

Kemerdekaan adalah berhasil menemukan keberanian untuk mengikuti kata hati. Namun sayangnya, kata hati kita semakin sayup, terimbas dan terdistorsi oleh suara ego dan bisikan hawa nafsu. Rajin-rajinlah berdialog dengan diri sendiri, kenali lagi kata hati kita, semoga kita tidak dibuat bingung, “Ini teh kata siapa?”, agar kita dapat menjadi insan yang betul-betul merdeka…

– EL –

[bewara] Slametan Smipa TP12

  Melengkapi undangan dan pemberitahuan yang sudah dibagikan, berikut tambahan informasi yang perlu dipersiapkan per kelompok di bawah koordinasi rekan-rekan orangtua yang menyediakan diri menjadi Koordinator Kelompok. Kendaraan dan keberangkatan. Setiap kelompok diharapkan mengaturkan agar berbagi kendaraan, sebisa mungkin setiap kursi kendaraan terisi agar kita semua mengurangi emisi CO2 sekaligus juga … Baca lebih lanjut

[Taki-taki] Gerakan Transisi: Melangkah Menuju Kehidupan Berkesadaran

  Menempuh 11 tahun perjalanan dalam kependidikan holistik tentunya bukan jangka waktu yang singkat, tetapi juga belum dapat dikatakan sebagai ‘cukup’ untuk dapat betul-betul memahami dan telaten meneladani makna kehidupan berkesadaran yang sesungguhnya. Kami di Rumah Belajar Semi Palar, terus berusaha mengisi kantung-kantung pemahaman menuju ‘new story’ atau babak baru … Baca lebih lanjut

[bewara] di persimpangan TP11

    Tanpa disadari TP11 (2015-2016) sudah akan segera berakhir. Di Semi Palar tidak ada wisuda atau acara-acara perpisahan yang terlalu wah,  karena kita ingin lebih bisa menghayati dan mensyukuri kebersamaan kita di perjalanan yang sudah dilalui. Ini tahun kedua kita menyematkan tema ‘di persimpangan’ untuk kegiatan tutup tahun yang dikemas lewat … Baca lebih lanjut